Pergaulan Bebas Gen-Z? Gimana Dampaknya di Kota-Kota Besar?

  

ANALISIS DAMPAK PERGAULAN BEBAS DI KALANGAN GENERASI Z TERHADAP KEAMANAN DI KOTA-KOTA BESAR DALAM KONTEKS TUJUAN SDGs KE-11

 



 

Nama Anggota :

Alfath Syaker Mardiko ( 101062400015 )

Tamara Novaida ( 101062400017 )

Naya Novelia Cahyani Putri ( 101062400029 )

Alvin Rizqi Albar ( 101062400036 )

Rency Putri Auliana ( 101062400056 )

 

Mata Kuliah

Pendidikan Pancasila

 

Dosen Pengampu

Dr. Ganjar M Ganeswara, M.Pd

 

Program Studi S1 Teknik Sistem Energi

Fakultas Teknik Elektro

Telkom University

2024/2025

A.    Latar Belakang

Generasi Z, yang lahir di antara tahun 1997 dan 2012, merupakan generasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang dalam era digital yang sangat pesat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa dampak yang signifikan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat generasi Z, termasuk dalam hal pergaulan. Pergaulan bebas di kalangan generasi Z telah menjadi fenomena yang cukup mengkhawatirkan. Pergaulan bebas ini tidak hanya terjadi di dalam lingkungan sekolah, tetapi juga melalui komunitas sosial, media sosial bahkan aplikasi kencan online. Hal ini membawa dampak yang besar pada keamanan dan kenyamanan masyarakat di kota-kota besar, terutama terkait dengan keamanan dan kesehatan fisik serta psikologis generasi Z.

 

Dalam konteks tujuan SDG (Sustainable Development Goals) ke-11, yaitu "Membangun Kota-Kota yang Berkelanjutan", fenomena pergaulan bebas menjadi faktor penting untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian tujuan penelitian ini untuk memenuhi analisis lebih mendalam terkait dampak pergaulan bebas di kalangan generasi Z terhadap keamanan dan kenyamanan di kota-kota besar dalam konteks tujuan SDGs ke-11. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada upaya membangun kota di Indonesia yang berkelanjutan dan aman bagi semua kalangan masyarakat.

 

B.    Tinjauan Pustaka

Pergaulan bebas adalah bentuk interaksi sosial yang tidak terbatas oleh norma, nilai, atau aturan yang berlaku di suatu masyarakat. Pergaulan ini sering dikaitkan dengan perilaku yang menyimpang dari moral dan etika, seperti konsumsi alkohol secara berlebihan, seks bebas, narkoba, dan tindakan kriminal lainnya.

Di kalangan Generasi Z, pergaulan bebas sering dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, media sosial, dan budaya global yang semakin mudah diakses. Banyak dari mereka yang tidak menyadari batasan dalam pergaulan sosial sehingga mudah terjerumus ke dalam pergaulan yang membawa dampak negatif bagi diri sendiri maupun lingkungan.

 

Dalam jurnal yang berjudul Persfektif Karakter Generasi Z Terhadap Pergaluan Yang Sepadan Dengan Nilai-nilai Pancasila ditulis oleh Eicha Febrianti Hasnah, Sandra Audina, Rara Nagita Syawalinda, Ilham Hudi, Dea Natalia Purba, Dira Sri Wahyuni, Maya Anggraini, Putri Christina Simanjuntak. Membahas perspektif Generasi Z terhadap pergaulan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk mengetahui sejauh mana perilaku Generasi Z mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sosial mereka.

1.      Pancasila sebagai Pedoman Hidup:

Pancasila merupakan dasar negara yang mengandung nilai-nilai moral dan etika yang seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai Pancasila harus dijadikan pegangan oleh seluruh warga negara, termasuk Generasi Z, agar tidak melenceng dari identitas bangsa.

 

2.     Karakter Generasi Z dan Tantangan Globalisasi

Generasi Z lahir di era digital dan memiliki akses luas terhadap informasi.Kemajuan teknologi mempermudah mereka dalam beraktivitas, tetapi juga meningkatkan potensi penyalahgunaan, seperti pergaulan bebas, kriminalitas digital, dan pelecehan seksual. Pergaulan bebas yang semakin meningkat menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara perilaku Generasi Z dengan nilai-nilai Pancasila.

 

3.     Pengaruh Pergaulan Bebas terhadap Generasi Z

Pergaulan bebas yang tidak sesuai dengan Pancasila menyebabkan meningkatnya kasus kenakalan remaja, seperti bullying, narkoba, minuman keras, judi, dan pelecehan seksual. Pengaruh negatif ini dapat merusak pola pikir, moral, serta mengancam masa depan generasi muda.

4.     Pentingnya Penerapan Nilai Pancasila

Generasi Z perlu menanamkan nilai-nilai Pancasila untuk menjaga moral dan etika dalam bergaul. Pendidikan karakter berbasis Pancasila harus diperkuat agar mereka dapat memilah pergaulan dan bertindak bijak dalam menggunakan teknologi. Kesadaran nasionalisme dan tanggung jawab sosial harus ditanamkan untuk mencegah degradasi moral di kalangan remaja.

5.     Kesimpulan

Pancasila harus dijadikan landasan dalam membentuk karakter Generasi Z agar mereka tidak terpengaruh oleh pergaulan bebas yang bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan. Dibutuhkan peran orang tua, pendidik, dan pemerintah dalam membimbing serta mengawasi perkembangan perilaku Generasi Z. Generasi Z diharapkan mampu memfilter pergaulan, menggunakan teknologi secara bijak, serta menjaga nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sosial mereka. Dengan hal ini berpengaruh terhadap SDGs mengapa demikian karena sesuai dengan judul yang dibahas SDGs 11 mengenai “Membangun kota yang berkelanjutan” tentunya Indonesia perlu memiliki generasi yang memiliki pola pikir bijak dan memikirkan kemajuan.

 

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Muhammadyah Ponorogo, Penerapan Nilai Pancasila Dalam Mengatasi Krisis Moralitas Generasi Z, di tulis oleh Nisa Wening & Inggar Saputra, 2024. Generasi Z dan Tantangan Krisis Moralitas

Generasi Z merupakan generasi yang lahir dalam era digital dan memiliki karakteristik yang unik, seperti kecerdasan teknologi, kemandirian, dan koneksi global yang tinggi. Namun, mereka juga menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait krisis moralitas. Tantangan ini muncul akibat kemudahan akses terhadap informasi yang tidak selalu positif, rendahnya sopan santun, minimnya etika dalam penggunaan media sosial, serta kecenderungan terjebak dalam budaya instan (Sutrisno & Saputra, 2024).Beberapa masalah yang menandai krisis moralitas di kalangan Generasi Z meliputi:

1.     Ketergantungan terhadap teknologi, yang menyebabkan kurangnya interaksi sosial di dunia nyata.

2.     Penyebaran berita bohong (hoaks) dan cyberbullying, yang semakin marak di media sosial.

3.     Budaya konsumsi instan, yang menurunkan kesabaran dan etos kerja generasi muda.

4.     Menurunnya kesadaran literasi, yang menyebabkan meningkatnya plagiarisme dan kurangnya daya kritis dalam menyeleksi informasi (Sutrisno & Saputra, 2024).

5.     Pancasila sebagai Solusi dalam Mengatasi Krisis Moralitas

6.     Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa memiliki peran penting dalam membentuk karakter Generasi Z agar selaras dengan nilai-nilai kebangsaan. Nilai-nilai dalam Pancasila dapat menjadi pedoman dalam membangun kesadaran moralitas, baik dalam keluarga, pendidikan, maupun lingkungan sosial.

7.     Peran Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama yang berperan dalam menanamkan nilai-nilai moral. Orang tua perlu meningkatkan interaksi dengan anak, memberikan keteladanan, serta mendampingi mereka dalam penggunaan teknologi agar tidak terjebak dalam konten negatif.

8.     Pendidikan dan Sekolah Pendidikan formal melalui mata pelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) menjadi sarana efektif dalam memperkuat karakter Generasi Z. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, paskibraka, dan organisasi kerohanian dapat membantu membentuk sikap disiplin dan tanggung jawab.

9.     Budaya dan Lingkungan Sosial

10.  Budaya lokal yang mengajarkan gotong royong, kepedulian sosial, dan sikap toleransi perlu terus dilestarikan agar tidak tergerus oleh pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

11.  Teknologi dan Media Sosial

Literasi digital sangat penting bagi Generasi Z untuk memahami dampak positif dan negatif teknologi. Mendorong mereka untuk memproduksi dan menyebarkan konten positif dapat membantu membentuk lingkungan digital yang lebih sehat dan edukatif. Dengan hal ini  pentingnya literasi dalam semua kalangan generasi terutama Generasi Z agar dapat berkontribusi dengan pembangunan kota yang berkelanjutan

Dengan penerapan nilai-nilai Pancasila secara konsisten dalam berbagai aspek kehidupan, diharapkan krisis moralitas yang melanda Generasi Z dapat diminimalisir, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi generasi yang bermoral, bertanggung jawab, dan berkontribusi positif bagi bangsa dan negara.

 

Pada Pembangunan Kota yang berkelanjutan tentunya dapat dimulai dari skala kecil seperti pada daerah untuk membangun kota yang berkelanjutan. Sama hal nya yang akan dibahas pada artikel  Pemanfaatan Platform SDG 11 Kota dan Pemukiman Yang Berkelanjutan Sebagai Wujud Integrasi Tata Kelola Bank Sampah dan Pemangku Kepentingan Di lingkunganRW-05 Kelurahan Cipaganti Kota Bandung, di tulis oleh Ratna Lindawati Lubis, Sinthia Nurhabibah, Telkom University.

1.     Sustainable Development Goals (SDG) 11: Kota dan Pemukiman Berkelanjutan

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan agenda global yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan tujuan mencapai pembangunan berkelanjutan. SDG 11 bertujuan untuk menciptakan kota dan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Salah satu target utama dalam SDG 11 adalah mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan perkotaan, termasuk dalam manajemen limbah dan kualitas udara (United Nations, 2022).

2.     Kebijakan Nasional Terkait SDG 11 di Indonesia

Di Indonesia, implementasi SDG 11 didukung oleh Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2022 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Kebijakan ini mengatur strategi nasional dalam mencapai tujuan SDGs pada tahun 2030 dan diintegrasikan dengan rencana pembangunan jangka menengah dan panjang nasional (Bappenas, 2021). Salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia dalam SDG 11 adalah pengelolaan sampah rumah tangga, terutama di kawasan perkotaan padat penduduk.

3.     Bank Sampah sebagai Solusi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

Bank Sampah merupakan salah satu pendekatan berbasis komunitas yang diterapkan untuk mengurangi volume sampah dengan konsep pemilahan dan daur ulang. Bank Sampah Unit (BSU) Cihampelas Mandiri yang berlokasi di RW-05 Kelurahan Cipaganti, Kota Bandung, telah beroperasi sejak tahun 2017 sebagai bagian dari upaya integrasi SDG 11 dengan masyarakat setempat (Lubis & Nurhabibah, 2022). Implementasi kebijakan ini diperkuat dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 14 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Sampah Pada Bank Sampah.

4.     Model Pentahelix dalam Tata Kelola Bank Sampah

Model Pentahelix adalah pendekatan kolaboratif dalam pengelolaan sampah yang melibatkan lima unsur utama, yaitu akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media (Carayannis & Campbell, 2009). Dalam konteks Kota Bandung, model ini diterapkan melalui keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dalam program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM), yang bertujuan meningkatkan literasi digital masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis platform SDG 11.

5.     Fokus Group Discussion (FGD) sebagai Strategi Penguatan Komunitas

Metode Focus Group Discussion (FGD) digunakan dalam program PkM di RW-05 Cipaganti untuk mendiskusikan strategi pengurangan sampah rumah tangga dan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam program Bank Sampah. Hasil FGD menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mendukung program ini dan mengharapkan pendampingan berkelanjutan agar program dapat berjalan secara efektif.

6.     Roadmap Keberlanjutan Menuju Kota Sehat Berbasis SDG 11

Untuk mencapai SDG 11 secara optimal, dirancang roadmap keberlanjutan hingga tahun 2024. Strategi utama dalam roadmap ini meliputi pembangunan komunitas sadar lingkungan, pengembangan kawasan wisata daur ulang (Wisata DarLing), serta implementasi konsep "living laboratory of SDG 11" yang dapat digunakan sebagai model pembelajaran dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Dengan Pengelolaan sampah yang efektif di kawasan perkotaan memerlukan kekompakkan warga agar berjalan dengan baik, dengan ini dapat diwujudkan aksi kota berkelanjutan. Penerapan konsep SDG 11 melalui model Pentahelix dan pemanfaatan platform digital menjadi solusi strategis untuk menciptakan lingkungan yang berkelanjutan. Program Bank Sampah di RW-05 Cipaganti dapat dijadikan contoh praktik baik dalam pengelolaan limbah berbasis komunitas yang selaras dengan visi pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

 

·       Karakter Pergaulan Bebas di Kalangan Generasi Z:

 

1.      Terpengaruh Media Sosial dan Tren Global

Ø  Gen Z tumbuh di era digital di mana informasi dan tren dari luar negeri dapat dengan mudah diakses melalui media sosial Instagram, TikTok, YouTube, atau Twitter.

Ø  Beberapa dari mereka meniru budaya luar tanpa memilah mana yang sesuai dengan nilai-nilai lokal.

 

2.      Kurangnya Kontrol Diri dan Edukasi Moral

Ø  Beberapa anak muda cenderung mengikuti pergaulan tanpa memikirkan konsekuensinya.

Ø  Kurangnya pendidikan karakter dan pengawasan dari orang tua membuat mereka lebih rentan terhadap pengaruh negatif.

 

3.       Hedonisme dan Gaya Hidup Bebas

Ø  Generasi Z lebih mengutamakan kebebasan dalam berekspresi, termasuk dalam gaya hidup yang terkadang tidak sesuai dengan norma sosial dan agama.

Ø  Gaya hidup hedonisme (mengejar kesenangan tanpa mempertimbangkan akibatnya) semakin marak di kalangan anak muda.

 

4.       Hubungan Bebas Tanpa Komitmen

Ø  Banyak remaja yang menjalani hubungan tanpa komitmen jelas, seperti casual dating atau friends with benefits (FWB).

Ø  Minimnya pemahaman tentang dampak psikologis dan sosial dari hubungan bebas ini sering berujung pada konflik emosional, kehamilan di luar nikah, atau penyebaran penyakit menular seksual.

 

5.       Kurangnya Pengawasan dan Bimbingan Orang Tua

Ø  Banyak orang tua yang tidak memahami dunia digital dan media sosial, sehingga kurang mengawasi interaksi anak-anaknya.

Ø  Beberapa orang tua juga terlalu sibuk bekerja sehingga kurang memberikan bimbingan moral kepada anak-anak mereka.

 

6.       Pencarian Identitas dan Rasa Keberanian Berlebihan

Ø  Gen Z sedang dalam tahap mencari jati diri dan sering kali ingin mencoba hal-hal baru tanpa mempertimbangkan risiko.

Ø  Mereka cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan keberanian berlebihan, sehingga lebih mudah tergoda untuk mencoba pergaulan bebas.

 

Sustainable Development Goals (SDGs) ke-11 bertujuan untuk “Membangun kota dan permukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.” Target utama dari tujuan ini meliputi:

1.     Akses terhadap perumahan dan layanan dasar yang layak,

2.     Transportasi yang aman dan berkelanjutan,

3.     Urbanisasi yang inklusif dan berkelanjutan,

4.     Pelestarian warisan budaya dan lingkungan,

5.     Mengurangi dampak lingkungan dari urbanisasi, termasuk polusi udara dan limbah,

6.     Meningkatkan ketahanan terhadap bencana.

 

Kota yang berkelanjutan harus memastikan keamanan, kesejahteraan, dan kualitas hidup yang tinggi bagi warganya, terutama bagi generasi muda seperti Gen Z yang akan menjadi bagian utama dari populasi urban di masa depan.

 

Analisis dampak negatif  pergaulan bebas di era golobalisasi dengan kemajuan teknologi yang terdapat dalam jurnal yang ditulis oleh Ali Taufik & Tatang Efendi pada tahun 2021.

·       Dampak Pergaulan Bebas terhadap Pencapaian SDGs ke-11

 

Pergaulan bebas di kalangan Gen Z dapat menghambat pencapaian kota yang berkelanjutan dengan berbagai cara, seperti:

1.      Meningkatkan Tingkat Kriminalitas dan Ketidakamanan Kota

Tindak kriminal terkait pergaulan bebas seperti pelecehan seksual, prostitusi terselubung, dan perdagangan manusia dapat mengancam keselamatan warga.

Penyalahgunaan narkoba dan alkohol, yang sering terjadi dalam pergaulan bebas, dapat memicu meningkatnya kekerasan dan kejahatan di lingkungan perkotaan.

Keamanan yang terganggu akan membuat kota kurang inklusif dan tidak aman, terutama bagi kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak.

2.      Meningkatkan Risiko Kesehatan dan Beban Sosial

Pergaulan bebas yang tidak terkontrol dapat meningkatkan angka kehamilan di luar nikah, penyebaran penyakit menular seksual (PMS), dan dampak psikologis negatif pada remaja.

Hal ini bisa menambah beban layanan kesehatan kota serta meningkatkan angka kemiskinan akibat anak-anak yang terlantar dan keluarga yang tidak siap secara finansial.

Kota yang sehat adalah bagian penting dari keberlanjutan, dan peningkatan masalah kesehatan karena pergaulan bebas dapat menghambat pencapaian tujuan SDGs ke-11.

3.      Menyebabkan Kerusakan Infrastruktur dan Ketidaktertiban Sosial

Pergaulan bebas yang tidak terarah sering dikaitkan dengan vandalisme, tawuran antar kelompok, serta gangguan di ruang publik seperti taman dan transportasi umum.

Fasilitas umum yang dirusak akan mengurangi daya tarik kota dan meningkatkan biaya pemeliharaan infrastruktur.

Urbanisasi yang inklusif tidak bisa terwujud jika lingkungan kota tidak tertib dan tidak aman akibat perilaku destruktif dari pergaulan bebas.

4.      Mengancam Kelestarian Budaya dan Nilai-Nilai Lokal

Pergaulan bebas sering kali dipengaruhi oleh budaya luar yang tidak selaras dengan nilai-nilai lokal, menyebabkan krisis identitas di kalangan Gen Z.

Hal ini dapat menyebabkan peningkatan individualisme, berkurangnya rasa hormat terhadap norma sosial, serta menurunnya kepedulian terhadap komunitas dan lingkungan.

Kota berkelanjutan tidak hanya berfokus pada aspek fisik, tetapi juga harus melestarikan budaya dan identitas masyarakatnya.

 

C.    Metode Penelitian

Metode penelitian yang kami gunakan pada studi ini adalah penelitian kualitatif.  Penelitian kualitatif dipilih karena metode penelitian ini dapat menggali informasi detail dengan pemahaman langsung dari sudut pandang partisipan.

Sumber data yang kami peroleh yaitu melalui metode wawancara secara langsung. Kami secara acak mewawancarai beberapa civitas akademika dan juga pegawai universitas yang ada di Telkom University. Dengan teknik analisis data berupa analisa tema, kami mengajukan sebanyak 5 pertanyaan terkait pergaulan bebas generasi Z dan dampaknya terhadap lingkungan di masyarakat pada setiap narasumber. Mendukung tinjauan pustaka, sebanyak 7 orang berpartisipasi untuk mengemukakan pendapatnya sebagai narasumber data pendukung penelitian ini.

Demografis para narasumber ialah;

a.      Enam orang mahasiswa laki-laki dari program studi teknik telekomunikasi Telkom University dalam masa studi tahun ke-2.

b.     Satu orang laki-laki pegawai staff keamanan Telkom University berusia sekitar 30tahun.

 

D.    Hasil Penelitian

1.     Temuan Utama

·       Infrastruktur, ruang publik, dan fasilitas komunal memiliki peran besar dalam membangun lingkungan yang sehat bagi Gen Z, terutama untuk berinteraksi sosial positif.

·       Inovasi dan teknologi dapat membantu mencegah dampak buruk dari pergaulan bebas dengan mengembangkan aplikasi yang dapat mendata aktivitas mahasiswa dan bekerja sama dengan polisi setempat.

·       Media sosial berpengaruh besar terhadap perilaku Gen Z yang mengejar tren budaya asing.

·       Pemerintah perlu meningkatkan keamanan dan edukasi kepada masyarakat untuk mencegah kerusakan infrastruktur kota dan meningkatkan kesadaran lingkungan.

 

2.     Faktor yang Mempengaruhi

·       Status sosial: Gen Z mengejar validasi status sosial sebagai bentuk keterikatan kelompok pertemanan.

·       FOMO (Fear of Missing Out): Gen Z memiliki rasa takut ketinggalan informasi atau hal-hal yang sedang menjadi topik hangat di lingkungan sosial (tren).

·       Penggunaan media sosial: Penggunaan media sosial tanpa batasan dan pengawasan yang sesuai memberikan akses kepada Gen Z terhadap informasi yang baik dan buruk sehingga menjadikan mereka berperilaku dan membuat keputusan yang ceroboh.

·       Kesadaran lingkungan: Masyarakat perlu memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi untuk mencegah perusakan infrastruktur dan meningkatkan keamanan.

 

3.     Rekomendasi

·       Mengembangkan infrastruktur, ruang publik, dan fasilitas komunal yang mendukung kegiatan positif bagi masyarakat, terutama Gen Z.

·       Mengembangkan aplikasi yang dapat mendata aktivitas mahasiswa dan bekerja sama dengan polisi setempat untuk mencegah dampak buruk dari pergaulan bebas.

·       Meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang bahaya media sosial dan cara menggunakan media sosial yang sehat dan bertanggung jawab.

·       Meningkatkan keamanan dan edukasi kepada masyarakat untuk mencegah perusakan infrastruktur dan meningkatkan kesadaran menjaga lingkungan.

 

4.     Saran untuk Penelitian Lanjutan

·       Menganalisis lebih lanjut terkait pengaruh media sosial terhadap perilaku dan keputusan Gen Z.

·       Mengeksplorasi lebih lanjut tentang peran infrastruktur, ruang publik, dan fasilitas komunal dalam membangun lingkungan yang sehat bagi Gen Z.

·       Menganalisis lebih lanjut tentang kesadaran lingkungan dan perilaku masyarakat dalam mencegah perusakan infrastruktur dan meningkatkan keamanan lingkungan.

E.    Pembahasan SDG 11

Kondisi SDGs yang terjadi ini diakibatkan karena infrstruktur di kota besar Indonesia belum memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Media sosial cukup berpengaruh terhadap hal ini karena mempengaruhi mayoritas pengguna media sosial, yaitu Gen Z untuk berperilaku dan membuat keputusan ceroboh merusak lingkungan. Kemampuan untuk mengeksplorasi lebih lanjut tentang kurangnya dan hal apa yang harus dilakukan pemerintah tentang SDGs 11 memerlukan masyarakat yang lebih kritis dan inovatif.

Media sosial juga bisa berdampak buruk jika dipergunakan dengan tidak bijak. Kelebihan untuk memiliki informasi dan mencari informasi dalam jumlah besar membuat masyarakat mengambil kesimpulan tanpa mempertimbangkan dampak yang di akibatkan. Masyarakat cenderung mengikuti trend yang sebenarnya tidak baik untuk di lakukan dan tidak terdapat nilai-nilai norma pancasila. Pergaulan bebas karena pertemuan antar individu yang dengan mudah diakses melalui aplikasi membuat angka pengangguran dan kelahiran menjadi meningkat. Perilaku untuk mengambil informasi dengan cepat ini juga mengakibatkan kesehatan mental yang menurun karena cenderung malas bergerak hingga menerima informasi tentang penggunaan obat terlarang.

 

F.     Kesimpulan

 Berdasarkan penelitian kualitatif metode wawancara langsung dalam lingkup kampus Telkom University terkait pergaulan bebas di kalangan generasi Z dapat disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut;

1.     Setiap narasumber setuju bahwa pergaulan bebas di kalangan generasi Z sudah dianggap sebagai suatu fenomena yang dinormalisasi meskipun melenceng dari norma Pancasila.

2.     Generasi Z terpikat pada budaya dan kultur asing melalui media sosial karena adanya normalisasi dan tekanan dari lingkup hubungan dan status sosial.

3.     Perilaku generasi Z ini berpotensi untuk terus menciptakan masyarakat yang menjauhi norma Pancasila yang secara perlahan menghancurkan lingkungan kota setempat kemudian berkembang menyeluruh merusak bangsa dari dalam apabila masyarakat dan pemerintah tidak segera melakukan usaha pencegahan yang sesuai.

 

G.   Daftar Pustaka

Pemanfaatan Platform SDG 11 Kota Dan Pemukiman Yang Berkelanjutan Sebagai Wujud Integrasi Tata Kelola Bank Sampah Dan Pemangku Kepentingan Di Lingkungan RW-          05 Kelurahan Cipaganti Kota Bandung, ditulis oleh Ratna Lindawati Lubis, Sinthia          Nurhabibah, Telkom University, 2024

Jurnal Perspektif Karakter Generasi Z Terhadap Pergaulan Yang Sepadan Dengan Nilai-Nilai        Pancasila, di tulis oleh Eicha Febrianti Hasnah, Sandra Audina, Rara Nagita                 Syawalinda, Ilham Hudi, Dea Natalia Purba, Dira Sri Wahyuni, Maya Anggraini,  Putri Christina Simanjuntak, Universitas Muhammadiyah Riau, 2024.

Analisis Dinamika Sosio-Demografi sebagai Acuan untuk Mewujudkan Rencana                                 Pemindahan Ibu Kota Negara yang Smart, Green, Beautiful, dan Sustainable, di tulis      oleh Surinta B. Sembiring, Artikel Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,                          2022.

Jurnal Penerapan Nilai Pancasila Dalam Mengatasi Krisis Moralitas Generasi Z, di tulis oleh           Wening Asih Sutrisno, Inggar Saputra, Universitas Muhammadyah ponorogo, 2024.

Analisis dampak negatif  pergaulan bebas di era golobalisasi dengan kemajuan teknologi, ditulis oleh Ali Taufik, Tatang Efendi, Universitas KutaiKartanegara, 2021.

Local Startup Fest. (2023). Apa itu pergaulan bebas? Local Startup Fest. https://www.localstartupfest.id/faq/apa-itu-pergaulan-bebas/

Gramedia. (2021). Pergaulan bebas. Gramedia Literasi. https://www.gramedia.com/literasi/pergaulan-bebas/

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inovasi dari Para Engineer dalam Mewujudkan SDGs di Dunia maupun Indonesia